Minggu, 22 Januari 2012
Inilah Seruh seruhan anak-anak IRMUS Nurul Huda
Diposting oleh Doyi Odoy Asy syabaabu di Minggu, Januari 22, 2012hihi..!! seruh juga waktu itu kita kita habis selesai iku Haul Habib Muahammad bin Al-aydrus.. :) ..
ada cerita lucu Sedikit hemm..
Ana yang anaknya agaka polos baik hatii dan lugu sedikit hehe ehh di kerjain sama mereka, ceritanya waktu itu Habib lagi ngasih Tausiyah 'ana pura pura kuhsyu aja dengenrinnya eh ternyata ana ketiduran.
padahal dari tadi ana dengerin ceramah perasaaan di sekitar samping kanan kiri banyak temen-temen ana...
Pas kebangun..!! ^_^
Loh kok semua Orang Pada ngeliatan yah..!!' :( .. pikir pikir naapa eh ternyata ana di tinggalin sendiriian ... Malu sumpah euy hhehe...
Selasa, 27 Desember 2011
Hanya Bisa menulis Ini.. dan Ciri2 Orang yang Mencintai kita
Diposting oleh Doyi Odoy Asy syabaabu di Selasa, Desember 27, 2011: ♥ cintai Allah.. ♥cintai rasulullah... harus melebihi cinta qt pada apapun!!! ♥ cintai jg kaum muslim lainnya..!!! "Hanya Allah saja Yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku." ..!!! Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik." Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. _:)
1. Orang yang mencintai kamu tidak pernah memberikan alasan kenapa ia mencintai kamu, yang ia tahu dimatanya hanya ada kamu satu²nya.
2. Orang yang mencintai kamu selalu menerima kamu apa adanya,dimatanya kamu selalu yang tercantik/tertampan walaupun mungkin kamu merasa berat badan kamu sudah berlebihan atau kamu merasa kegemukan.
3. Orang yang mencintai kamu selau ingin tau tentang apa saja yang kamu lalui sepanjang hari ini, ia ingin tau kegiatan kamu.
4. Orang yang mencintai kamu akan menghantar sms seperti “slmt pagi” “selamat malam r”, walaupun kamu tidak membalas msg nya.
5. Walaupun itu hari jadi kamu dan kamu tidak mengundangnya setidaknya ia akan telefon untuk mengucapkan selamat atau mengirim sms.
6. Orang yang mencintai kamu akan selalu mengingat setiap kejadian yang ia lalui bersama kamu, bahkan mungkin kejadian yang kamu sendiri sudah lupa setiap detail nya, kranaa saat itu adalah sesuatu yang berharga untuknya.
7. Orang yang mencintai kamu selalu mengingat tiap kata2 yang kamu ucapkan bahkan mungkin kata2 yang kamu sendiri lupa pernah mengatakannya.
8. Orang yang mencintai kamu akan belajar menyukai lagu-lagu kesukaanmu, bahkan mungkin meminjam CD/kaset kamu ,krna ia ingin tau kesukaanmu,kerana kesukaanmu kesukaannya juga.
9. Kalau terakhir kali berjumpa, kamu sedang selsema,, atau sakit gigi, beberapa hari kemudian ia akan mengirim sms atau menelefonmu dan menanyakan keadaanmu. karena ia merisaukanmu.
10. Kalau kamu cakap yg kamu akan menghadapi ujian ia akan menanyakan bila ujian itu dan saat harinya tiba ia akan mengirimkan sms “good luck” atau menelefonmu untuk memberi semangat kpdi kamu.
11. Orang yang mencintai kamu akan memberikan suatu barang miliknya yang mungkin buat kamu itu ialah sesuatu yang biasa, tapi itu ialah suatu barang yang istimewa buat dia.
12. Orang yang mencintai kamu akan terdiam sesaat,saat sedang bergayut ditelefon dengan kamu, sehingga kamu menjadi binggung saat itu dia merasa sangat gugup krna kamu telah menggoncang dunianya.
13. Orang yang mencintai kamu selalu ingin berada didekatmu dan ingin menghabiskan hari2nya denganmu.
14. Jika suatu saat kamu harus pindah ke tempat lain untuk waktu yang lain ia akan memberikan nasihat supaya kamu waspada dengan apa2 yang boleh membawa pengaruh buruk bagimu.
15. Orang yang mencintai kamu bertindak lebih seperti saudara daripada seperti seorang kekasih.
16. Orang yang mencintai kamu sering melakukan hal2 yang pelik spt menelefonmu 100x dalam sehari, atau membangunkanmu ditengah mala
m krna ia mengirim sms atau menelefonmu. krna saat itu ia sedang memikirkan kamu.
17. Orang yang mencintai kamu kadang merindukanmu dan melakukan hal2 yang membuat kamu jengkel atau gila, saat kamu cakap tindakannya membuatmu terganggu ia akan minta maaf dan tak kan
melakukannya lagi.
18. Jika kamu memintanya untuk mengajarimu sesuatu maka ia akan mengajarimu dengan sabar walaupun kamu mungkin orang yang terbodoh di dunia!
19. Kalau kamu melihat handphone-nya maka namamu akan menghiasi sbgn besar “INBOX”nya.Ya ia masih menyimpan msg dari kamu walaupun msg itu sudah kamu hantar sejak berbulan2 bahkan bertahun2 yang lalu.
20. Dan jika kamu menghindarinya atau memberi reaksi penolakan, ia akan menyedarinya dan menghilang dari kehidupanmu walaupun hal itu membunuh hatinya. Krna yang ia inginkan hanyalah kebahagiaanmu.
21. Jika suatu saat kamu merindukannya dan ingin memberinya kesempatan ia akan ada disana menunggumu kerana ia tak pernah mencari orang lain. Ya!! ia selalu menunggumu :)
Minggu, 23 Oktober 2011
Remaja ( Religius,Mandiri Dan Bersahaja ): Cara Mendownload Di 4shared.com Tanpa Menunggu
Diposting oleh Doyi Odoy Asy syabaabu di Minggu, Oktober 23, 2011Kamis, 20 Oktober 2011
Cara Mendownload Di 4shared.com Tanpa Menunggu
Diposting oleh Doyi Odoy Asy syabaabu di Kamis, Oktober 20, 2011Tentu sangat membosankan bukan? Apalagi waktu menunggu hingga 350 detik. Mungkin masalah itu tidak lagi menjadi beban lagi. Lantas bagaimana Cara Download dari 4shared Tanpa Menunggu? Pasalnya ada trik menarik yang perlu diketahui para downloader jika ingin mendownload sesuatu dari web 4shared. Berikut Triknya :
1. Cari file atau program yang ingin di download, di situs 4shared
terus
2. Saat Proses waktu berjalan masukkan script ini javascript:alert(c=0) atau javascript:c=0;void(0); di address bar
Berikut screenshotnya :
3. Setelah di ganti dengan script tersebut, silakan klik enter, dan kemudian klik OK. File langsung bisa di download
Senin, 17 Oktober 2011
Anjuran Menyambung tali Silahturahim
Diposting oleh Doyi Odoy Asy syabaabu di Senin, Oktober 17, 2011 Label: Akhlak Dan AdabDari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ الْخَلْقَ حَتَّى إِذَا فَرَغَ مِنْ خَلْقِهِ قَالَتْ الرَّحِمُ هَذَا مَقَامُ الْعَائِذِ بِكَ مِنْ الْقَطِيعَةِ قَالَ نَعَمْ أَمَا تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكِ وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكِ قَالَتْ بَلَى يَا رَبِّ قَالَ فَهُوَ لَكِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ. أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
“Sesungguhnya Allah menciptakan seluruh makhluk. Sampai ketika Allah selesai menciptakan semua makhluk, maka rahim pun berkata, “Inikah tempat bagi yang berlindung kepadanya dari terputusnya silaturahim?’ Allah menjawab, “Benar. Tidakkah kamu senang kalai Aku akan menyambung orang yang menyambungmu dan memutuskan orang yang memutuskanmu?” Rahim menjawab, “Tentu, wahai Rabb.” Allah berfirman, “Kalau begitu itulah yang kamu miliki.” Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika kalian mau, maka bacalah ayat berikut ini: Maka apakah kiranya jika kalian berkuasa maka kalian akan berbuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan kalian? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (QS. Muhammad: 22-23). (HR. Al-Bukhari no. 5987 dan Muslim no. 2554)
Dari Anas bin Malik radhiallahu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezkinya, dan ingin dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Al-Bukhari no. 5986)
Dari Abdullah bin ‘Amr dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنْ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
“Orang yang menyambung silaturrahmi bukanlah orang yang membalas akan tetapi orang yang menyambung silaturrahmi adalah orang yang menyambungnya ketika dia itu terputus.” (HR. Al-Bukhari no. 5991)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwasanya ada seorang laki-laki yang pernah berkata, “Ya Rasulullah, saya mempunyai kerabat. Saya selalu berupaya untuk menyambung silaturahim kepada mereka, tetapi mereka memutuskannya. Saya selalu berupaya untuk berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka menyakiti saya. Saya selalu berupaya untuk lemah lembut terhadap mereka, tetapi mereka tak acuh kepada saya.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمْ الْمَلَّ وَلَا يَزَالُ مَعَكَ مِنْ اللَّهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ
“Jika benar seperti apa yang kamu katakan, maka kamu seperti memberi makan mereka debu yang panas, dan selama kamu berbuat demikian maka pertolongan Allah akan selalu bersamamu.” (HR. Muslim no. 2558)
Penjelasan ringkas:
Islam menganjurkan untuk menyambung hubungan dan bersatu serta mengharamkan pemutusan hubungan, saling menjauhi, dan semua perkara yang menyebabkan lahirnya perpecahan. Karenanya Islam menganjurkan untuk menyambung silaturahim dan memperingatkan agar jangan sampai ada seorang muslim yang memutuskannya. Dan Nabi shalllallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa bukanlah dikatakan menyambung silaturahmi ketika seorang membalas kebaikan orang yang berbuat kebaikan kepadanya, yakni menyambung hubungan dengan orang yang senang kepadanya. Akan tetapi yang menjadi hakikat menyambung silaturahmi adalah ketika dia membalas kebaikan orang yang berbuat jelek kepadanya atau menyambung hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan dengannya.
Nabi shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa balasan disesuaikan dengan jenis amalan. Karenanya, barangsiapa yang menyambung hubungan silaturahminya maka Allah juga akan menyambung hubungan dengannya, dan di antara bentuk Allah menyambungnya adalah Allah akan menambah rezekinya, menambah umurnya, dan senantiasa memberikan pertolongan kepadanya.
Sebaliknya, siapa saja yang memutuskan hubungan silaturahimnya maka Allah juga akan memutuskan hubungan dengannya. Dan ketika Allah sudah memutuskan hubungan dengannya maka Allah tidak akan perduli lagi dengannya, Allah akan menjadikannya buta dan tuli, dan menimpakan laknat kepadanya. Dan siapa yang mendapatkan laknat maka sungguh dia telah dijauhkan dari kebaikan dan rahmat Allah Ta’ala yang Maha Luas.
Keutamaan Sifat Tawadhu'
Diposting oleh Doyi Odoy Asy syabaabu di Senin, Oktober 17, 2011 Label: Akhlak Dan AdabAllah Ta’ala berfirman:
تِلْكَ الدَّارُ الآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الأَرْضِ وَلا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qashash: 83)
Allah Ta’ala berfirman:
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, dari kalangan orang-orang yang beriman.” (QS. Asy-Syu’ara`: 215)
Dari Iyadh bin Himar radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
“Dan Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendah diri agar tidak ada seorang pun yang berbangga diri pada yang lain dan agar tidak seorang pun berlaku zhalim pada yang lain.” (HR. Muslim no. 2865)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim no. 2588)
Dari Al-Aswad rahimahullah dia berkata: Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah tentang apa yang dikerjakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika berada di rumah. Maka ‘Aisyah menjawab,
كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ
“Beliau selalu membantu pekerjaan keluarganya, dan jika datang waktu shalat maka beliau keluar untuk melaksanakan shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 6939)
Penjelasan ringkas:
Tawadhu’ dan rendah diri kepada kaum mukminin merupakan sifat terpuji yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Karenanya barangsiapa yang tawadhu niscaya Allah akan mengangkat kedudukannya di mata manusia di dunia dan di akhirat dalam surga. Karenanya tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan sekecil apapun, karena negeri akhirat beserta semua kenikmatannya hanya Allah peruntukkan bagi orang yang tidak tinggi hati dan orang yang tawadhu’ kepada-Nya.
Dan dalam hal ini -sebagaimana dalam sifat terpuji lainnya-, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam merupakan suri tauladan terbaik. Bagaimana tidak sementara Allah Ta’ala telah memerintahkan beliau untuk merendah kepada kaum mukminin. Karenanya beliau senantiasa tawadhu’ dan bergaul dengan kaum mukminin dari seluruh lapisan, dari yang kaya sampai yang miskin, dari orang kota sampai arab badui. Beliau duduk berbaur bersama mereka, menasehati mereka, dan memerintahkan mereka agar juga bersifat tawadhu’. Kedudukan beliau yang tinggi tidak mencegah beliau untuk melakukan amalan yang merupakan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga. Karenanya sesibuk apapun beliau, beliau tetap menyempatkan untuk mengerjakan pekerjaan keluarganya di rumah.
Menolong Kaum Yang Lemah dan Terdzalimi
Diposting oleh Doyi Odoy Asy syabaabu di Senin, Oktober 17, 2011 Label: Akhlak Dan AdabDari bin Malik Anas radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا نَنْصُرُهُ مَظْلُومًا فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ ظَالِمًا قَالَ تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ
‘Tolonglah saudaramu ketika dia berbuat zhalim atau dizhalimi”. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, orang yang dizhalimi jelas akan kami tolong, akan tetapi bagaimana kami harus menolong orang yang berbuat zhalim?” Beliau bersabda, “Pegang tangannya (agar tidak berbuat zhalim) “. (HR. Al-Bukhari no. 2444)
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
وَلْيَنْصُرْ الرَّجُلُ أَخَاهُ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا إِنْ كَانَ ظَالِمًا فَلْيَنْهَهُ فَإِنَّهُ لَهُ نَصْرٌ وَإِنْ كَانَ مَظْلُومًا فَلْيَنْصُرْهُ
“Hendaklah seseorang menolong saudaranya yang berbuat zhalim atau yang sedang dizhalimi. Apabila ia berbuat zhalim, maka cegahlah ia untuk tidak berbuat kezhaliman karena itu berarti menolongnya. Dan apabila ia dizalimi, maka tolonglah ia.” (HR. Muslim no. 2584)
Jabir bin Abdillah dan Abu Thalhah bin Sahl Al-Ashari radhiallahu anhuma keduanya berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ امْرِئٍ يَخْذُلُ امْرَأً مُسْلِمًا فِي مَوْضِعٍ تُنْتَهَكُ فِيهِ حُرْمَتُهُ وَيُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ إِلَّا خَذَلَهُ اللَّهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ فِيهِ نُصْرَتَهُ وَمَا مِنْ امْرِئٍ يَنْصُرُ مُسْلِمًا فِي مَوْضِعٍ يُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ وَيُنْتَهَكُ فِيهِ مِنْ حُرْمَتِهِ إِلَّا نَصَرَهُ اللَّهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ نُصْرَتَهُ
“Tidaklah seseorang menelantarkan seorang mukmin pada suatu tempat yang kehormatannya terampas dan harga dirinya terlecehkan, melainkan Allah akan menelantarkannya pada suatu tempat dimana ia sangat mengharapkan pertolongan-Nya. Dan tidaklah seseorang menolong seorang muslim yang berada pada suatu tempat yang kehormatannya terampas dan harga dirinya terlecehkan di dalamnya, melainkan Allah akan menolongnya pada suatu tempat dimana ia sangat mengharapkan pertolongan-Nya.” (HR. Abu Daud no. 4484 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 5690)
Penjelasan ringkas:
Allah Ta’ala memerintahkan untuk menolong orang yang lemah lagi terzhalimi, berdiri di sisinya untuk melawan orang yang menzhaliminya. Hal itu karena kezhaliman merupakan suatu kemungkaran, sementara merubah kemungkaran adalah hal yang wajib bagi siapa saja yang sanggup untuk melakukannya sesuai dengan kemampuannya. Dan Allah Ta’ala menjanjikan kepada siapa saja yang membela saudaranya pada keadaan dia membutuhkan pembelaan, niscaya Allah Ta’ala juga akan membela dan menolongnya pada keadaan dimana dia sangat membutuhkan pertolongan dari Allah.
Adab Sakratul Maut
Diposting oleh Doyi Odoy Asy syabaabu di Senin, Oktober 17, 2011 Label: Akhlak Dan AdabAbu Said Al-Khudri radhiallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
“Tuntunlah orang mati kalian agar membaca (kalimat) LAA ILAAHA ILLALLAH.” (HR. Muslim no. 916)
Maksud orang mati di sini adalah orang yang akan mati (dalam keadaan sakratul maut), bukan orang yang sudah mati.
Dari Muadz bin Jabal radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang akhir perkataannya (sebelum meninggal dunia) ‘LAA ILAAHA ILLALLAAH’ maka ia akan masuk surga.” (HR. Abu Daud no. 3116 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 6479)
Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma dia berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tiga hari sebelum beliau wafat:
لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ
“Jangalah salah seorang dari kalian meninggal dunia kecuali dalam keadaan ia berbaik sangka kepada Allah.” (HR. Muslim no. 2877)
Penjelasan ringkas:
Sebagaimana setiap muslim memulai kehidupannya (di alam ruh) dengan persaksian terhadap tauhid kepada Allah, seorang yang kafir memulai kehidupannya yang hakiki di dunia dengan masuk Islam juga mengucapkan kalimat tauhid, maka sudah seharusnya mereka semua mengakhiri hidup mereka di dunia ini juga dengan mengucapkan kalimat tauhid. Karenanya disyariatkan orang yang sakit parah atau merasa sudah berada dalam sakratul maut untuk banyak-banyak mengucapkan kalimat tauhid ‘LAA ILAHA ILLALLAH’. Adapun bagi mereka yang kesulitan mengucapkannya karena beratnya sakit yang dia rasakan, maka disyariatkan bagi saudaranya yang menjenguknya untuk mentalqin (membacakan) kalimat tauhid kepadanya dengan harapan dia bisa mendengarnya dan mengikutinya. Karena termasuk di antara keutamaan kalimat tauhid ini adalah bahwa siapa saja yang menjadikan kalimat ini sebagai ucapan terakhirnya di muka bumi ini maka Allah Ta’ala dengan rahmat-Nya akan memasukkan dia ke dalam surga.
Ini dari sisi ucapan. Adapun hatinya, maka sudah seharusnya orang yang dalam keadaan sakratul maut untuk berbaik sangka kepada Rabbbnya, karena Allah Ta’ala akan menyikapi seorang hamba sesuai dengan sangkaan hamba tersebut kepada-Nya. Hendaknya dia memperbesar harapannya dan permintaannya kepada Allah, semoga Allah Ta’ala berkenan untuk mewujudkan semya harapan dan permintaannya.
Adab-Adab Kepada Jenazah
Diposting oleh Doyi Odoy Asy syabaabu di Senin, Oktober 17, 2011 Label: Akhlak Dan AdabDari Aisyah dan Ibnu Abbas radhiallahu anhuma keduanya berkata:
أَنَّ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَبَّلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ مَوْتِهِ
“Abu Bakar radhiallahu ‘anhu mencium Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah beliau wafat.” (HR. Al-Bukhari no. 1241)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha dia berkata: Nabi Shallallahu’alaihiwasallam telah bersabda:
لَا تَسُبُّوا الْأَمْوَاتَ فَإِنَّهُمْ قَدْ أَفْضَوْا إِلَى مَا قَدَّمُوا
“Janganlah kalian mencela orang-orang yang telah meninggal karena mereka telah mendapatkan apa yang telah mereka kerjakan”. (HR. Al-Bukhari no. 6516)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa bersabda:
أَسْرِعُوا بِالْجِنَازَةِ فَإِنْ تَكُ صَالِحَةً فَخَيْرٌ تُقَدِّمُونَهَا وَإِنْ يَكُ سِوَى ذَلِكَ فَشَرٌّ تَضَعُونَهُ عَنْ رِقَابِكُمْ
“Bersegeralah kalian menyelesaikan penyelenggaraan jenazah. Karena bila jenazah itu orang saleh maka berarti kalian telah mempercepat kebaikan untuknya, dan jika dia bukan orang saleh maka berarti kalian telah menyingkirkan kejelekan dari pundak kalian”. (HR. Al-Bukhari no. 1315 dan Muslim no. 944)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ
“Jiwa seorang mukmin itu bergantung dengan hutangnya hingga terbayar.” (HR. At-Tirmizi no. 1079, Ibnu Majah no. 2404, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 6779)
Penjelasan ringkas:
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.” (QS. Al-Isra`: 70) Karenanya disyariatkan untuk memuliakan seluruh manusia secara umum, baik yang muslim maupun yang kafir, tentunya sesuai dengan bentuk pemuliaan yang dibenarkan oleh syariat Islam itu sendiri. Pemuliaan ini baik ketika mereka masih hidup maupun setelah mereka meninggal.
Di antara bentuk pemuliaan kepada orang yang telah meninggal adalah beradab kepada mereka dan memperlakukan mereka sesuai dengan tuntunan Islam. Di antara adab tersebut adalah:
1. Dibolehkan untuk mencium jenazah.
2. Dilarang mencela jenazah walaupun itu jenazah orang fasik dan orang kafir. Kecuali jika pada celaan itu ada maslahat besar kepada yang mendengarnya agar mereka waspada dari amalan jelek jenazah tersebut.
3. Dilarang menyebarkan aib dan kejelekan fisik dan sifat si mayit kecuali ada maslahat yang besar seperti di atas.
4. Menyegerakan pengurusan jenazahnya secepat mungkin, mulai dari pemandian sampai penguburan.
5. Dilarang memperlambat penyelenggaraan jenazah tanpa uzur yang dibenarkan syariat apalagi jika uzurnya melanggar syariat.
6. Keluarga melunasi semua hutang jenazah. Pelunasannya bisa diambil dari harta jenazah atau kalau dia tidak mempunyai harta maka dianjurkan ahli warisnya atau keluarganya yang lain membayarkannya karena jiwanya tergantung dengan utangnya.
7. Dilarang duduk dan menginjak kuburan. Ini telah kami sebutkan pada artikel tersendiri.
Haramnya Hasad Dan Dengki
Diposting oleh Doyi Odoy Asy syabaabu di Senin, Oktober 17, 2011 Label: Akhlak Dan AdabDari Anas bin Malik radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لا تَباغَضُوا وَلا تَحاسَدُوا ولا تَدابَرُوا ولا تَقاطَعُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْواناً. لا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخاهُ فَوْقَ ثَلاثٍ
“Jangan kalian saling membenci, jangan kalian saling hasad, jangan kalian saling membelakangi, jangan kalian saling memutuskan hubungan, dan jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang muslim untuk menjauhi saudaranya lebih dari tiga hari.” (HR. Al-Bukhari no. dan Muslim no. 2559)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لا تحاسدوا ولا تَناجَشُوا ولا تباغضوا ولا تدابروا ولا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ,وكونوا عباد الله إخواناً. اَلْمُسْلِمُ أَخُو المسلمِ: لا يَظْلِمُهُ ولا يَخْذُلُهُ ولا يَكْذِبُهُ ولا يَحْقِرُهُ. اَلتَّقْوَى هَهُنا – يُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاثَ مَرَّاتٍ- بِحَسْبِ امْرِيءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخاهُ الْمُسْلِمَ. كُلُّ الْمسلمِ عَلَى المسلمِ حَرامٌ: دَمُهُ وَمالُهُ وعِرْضُهُ
“Jangan kalian saling hasad, jangan saling melakukan najasy, jangan kalian saling membenci, jangan kalian saling membelakangi, jangan sebagian kalian membeli barang yang telah dibeli orang lain, dan jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslim bagi lainnya, karenanya jangan dia menzhaliminya, jangan menghinanya, jangan berdusta kepadanya, dan jangan merendahkannya. Ketakwaan itu di sini -beliau menunjuk ke dadanya dan beliau mengucapkannya 3 kali-. Cukuplah seorang muslim dikatakan jelek akhlaknya jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim diharamkan mengganggu darah, harta, dan kehormatan muslim lainnya.” (HR. Muslim no. 2564)
Najasy adalah seorang menawar suatu barang dengan harga yang tinggi -padahal dia tidak mau membelinya- untuk memancing orang lain agar menawar dengan harga yang lebih tinggi. Ini biasanya terjadi dalam proses lelang, dimana pelaku najasy ini adalah dari pihak yang melakukan lelang.
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ حِكْمَةً فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
“Tidak boleh hasad kecuali pada dua hal: (Pertama) kepada seorang yang dikaruniakan Allah harta kekayaan, lalu ia membelanjakannya dalam kebenaran. (Dan yang kedua) kepada seorang laki-laki yang diberi Allah hikmah (ilmu), hingga ia memberi keputusan dengannya dan juga mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari no. 73 dan Muslim no. 816)
Hasad di sini bermakna gibthah atau cemburu dalam kebaikan. Yakni keinginan untuk mendapatkan keutamaan yang sama seperti saudaranya tanpa menghendaki hilangnya keutamaan tersebut dari saudaranya.
Penjelasan ringkas:
Hasad adalah benci melihat orang lain mendapatkan nikmat dan dia berharap nikmat tersebut hilang dari orang tersebut, baik dia mengharap nikmat itu pindah kepada dirinya maupun tidak. Ini adalah sifat yang sangat tercela yang dilarang oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam karena bisa merusak hubungan baik di antara manusia dan menyebabkan sebagian mereka membahayakan sebagian lainnya.
Berbeda halnya dengan gibthah yaitu keinginan untuk mendapatkan nikmat yang sama dengan yang diperoleh oleh orang lain tanpa mengharapkan nikmat itu hilang dari orang tersebut. Karena gibthah ini adalah sifat yang terpuji dan dianjurkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Perintah Menjaga Dan Menyalurkan Amanah
Diposting oleh Doyi Odoy Asy syabaabu di Senin, Oktober 17, 2011 Label: Akhlak Dan AdabAllah Ta’ala berfirman:
إِنَّا عَرَضْنَا الأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإِنسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولاً
“Sesungguhnya kami menawarkan amanah (penyembahan) ini kepada langit-langit, bumi, dan gunung-gunung, akan tetapi mereka semua enggan menerimanya dan merasa berat dengannya. Lalu kemudian amanah ini diterima oleh manusia, sungguh manusia adalah makhluk yang zhalim lagi bodoh.” (QS. Al-Ahzab: 72)
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤدُّواْ الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menyampaikan amanah-amanah itu kepada pemiliknya.” (QS. An-Nisa`: 58)
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الأَمِينُ
“Sesungguhnya orang terbaik yang kamu pekerjakan adalah orang yang kuat lagi amanah.” (QS. Al-Qashash: 26)
Allah Ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ هُمْ لأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
“Dan orang-orang yang menjaga amanah dan janji mereka.” (QS. Al-Ma’arij: 32)
Yakni: Ini adalah sifat dari orang-orang yang beriman.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata:
بَيْنَما النبيُّ صلى الله عليه وسلم فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ, جَاءَ أَعْرَابِيٌّ فَقالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟ فَمَضَى رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يحدثُ. حَتَّى إِذا قَضَى حَدِيْثَهُ قال: أَيْنَ السّائِلُ عَنِ الساعةِ؟ قالَ: هَا أَنا يَا رسولَ اللهِ. قالَ: إِذا ضُيِّعَتِ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السّاعَةَ، قال: كَيْفَ إِضاعَتُها؟ قال: إِذا وُسِدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السّاعَةَ
“Ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam berada dalam sebuah majelis dan berbicara kepada sekelompok orang, ada seorang Arab badui yang datang lalu bertanya, “Kapan hari kiamat?” Tapi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terus saja berbicara. Setelah beliau selesai berbicara, beliau bertanya, “Dimanakah orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?” Dia menjawab, “Saya di sini wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Jika amanah telah ditelantarkan maka tunggulah hari kiamat.” Dia kembali bertanya, “Bagaimana amanah ditelantarkan?” Beliau menjawab, “Jika urusan sudah diserahkan kepada selain ahlinya maka tunggulah hari kiamat.” (HR. Al-Bukhari: 1/57)
Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu dia berkata: Sangat jarang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkhutbah di hadapan kami kecuali beliau bersabda di dalamnya:
لا إِيْمانَ لِمَنْ لا أَمانَةَ لَهُ، ولا دِيْنَ لِمَنْ لا عَهْدَ لَهُ
“Tidak ada iman orang yang tidak punya amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janjinya.” (HR. Ahmad no. 12787 dan sanadnya dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Al-Misykah: 1/17)
Penjelasan ringkas:
Amanah adalah sesuatu yang sangat besar lagi sangat berat, karenanya Allah Ta’ala mencela manusia tatkala mereka menerima amanah Allah padahal mereka adalah makhluk yang lemah. Hanya saja tatkala manusia telah menerima amanah, baik amanah dari Allah maupun dari sesama makhluk, maka Dia memerintahkan untuk menjaga dan menyalurkannya kepada pemilik serta memuji siapa saja yang berhasil menyelesaikan amanahnya.
Akan tetapi seiring dengan semakin dekatnya hari kiamat dimana keimanan semakin berkurang, maka demikian pula sifat amanah juga ikut berkurang. Karena amanah dan memenuhi janji itu berbanding lurus dengan keimanan dan agama yang baik. Karenanya Nabi shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa di antara tanda dekatnya hari kiamat adalah ketika setiap urusan diserahkan kepada selain ahlinya. Para pencuri diserahi amanah untuk mengumpulkan harta kaum muslimin, orang yang zhalim diserahi amanah menjaga dan melindungi kaum muslimin, para pelawak dan artis diserahi tugas mengajarkan agama kepada kaum muslimin melalui lawakan dan aktingnya, dan orang yang jahil terhadap agama ditempatkan di posisi pemberi fatwa, dan seterusnya, wal ‘iyadzu billah.
Tujuh Golongan Yang Allah Naungi
Diposting oleh Doyi Odoy Asy syabaabu di Senin, Oktober 17, 2011 Label: Akhlak Dan Adabسَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنْفِقُ شِمَالُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Ada tujuh golongan yang Allah akan naungi pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya: (1)Imam yang adil, (2)pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, (3)seorang laki-laki yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, (4)dua orang yang saling mencintai karena Allah yang mereka berkumpul karena-Nya dan juga berpisah karena-Nya, (5)seorang laki-laki yang dirayu oleh wanita bangsawan lagi cantik untuk berbuat mesum lalu dia menolak seraya berkata, “Aku takut kepada Allah,” (6)seorang yang bersedekah dengan diam-diam sehingga tangan kanannya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kirinya, (7) dan seseorang yang berzikir/mengingat Allah dalam keadaan sendirian hingga dia menangis.” (HR. Al-Bukhari no. 600 dan Muslim no. 1031)
Penjelasan ringkas:
Di padang mahsyar pada hari kiamat, seluruh makhluk akan mengalami kelelahan dan kesusahan yang mencapai puncaknya. Bagaimana tidak padahal matahari jaraknya hanya 1 mil dari kepala mereka, sehingga merekapun merasakan kepayahan dan kesempitan yang tidak diketahui besarnya kecuali Allah. Akan tetapi rahmat Allah berada di mana-mana dan senantiasa bersama dengan siapa yang Dia kehendaki. Sehingga dalam keadaan seperti ini tetap saja ada beberapa golongan manusia yang tidak merasakan kesusahan dan kelelahan ini dikarenakan mereka mendapatkan naungan Allah di bawah arsy-Nya, sehingga yang mereka rasakan hanyalah kenyamanan dan keamanan.
Di antara semua golongan tersebut ada tujuh golongan di antara yang tersebut dalam hadits di atas. Yang mana ketujuh golongan ini mempunyai satu sifat mendasar yang sama yaitu mereka senantias menjaga rasa takut dan keikhlasan kepada Allah di saat-saat wasilah dan sarana kepada kebalikannya mencapai pada puncaknya. Akan tetapi mereka tetap bertahan dan tidak terbawa oleh wasilah dan sarana kejelekan tersebut:
a. Seorang penguasa itu mempunyai semua sarana untuk menzhalimi dan merampas hak orang lain, tapi bersamaan dengan itu dia tetap bersikap adil.
b. Masa muda adalah masa paling rentan dari kehidupan setiap manusia, dimana dia bisa dikatakan sebagai penentu kelanjutan perjalanan hidupnya. Kebanyakan manusia melalui masa mudanya dengan maksiat karena sarananya -berupa kekuatan dan tubuh yang indah- mencapai pada puncaknya. Akan tetapi pemuda yang dinaungi ini bisa menjaga semua sarana tersebut agar tetap mengarah kepada ibadah kepada Allah.
c. Demikian halnya dengan orang yang hatinya senantiasa terikat dengan masjid padahal mayoritas manusia hatinya sudah terikat hatinya dengan pasar dan perdagangankarena besarnya faktor pendorong seseorang mengejar harta seperti kemiskinan dan besarnya biaya hidup. Akan tetapi bersamaan dengan semua faktor pendorong tersebut, dia tetap konsisten menjaga hatinya agar selalu terikat dengan masjid.
d. Sama dengan dua orang yang bertemu dan berpisah karena Allah di zaman banyaknya ajang berkumpul untuk melakukan kemaksiatan. Tempat ngumpul untuk maksiat banyak dan tersebar serta sarananya juga sangat mudah, akan tetapi mereka tetap menjaga agar pertemuan dan perpisahan mereka tetap di atas sesuatu yang baik.
e. Golongan yang kelima sangat jelas dalam hal ini, dimana dia sudah berduaan dengan wanita yang sempurna dari sisi wajah dan kedudukan, tapi dia meninggalkannya karena takut kepada Allah.
f. Bersedekah adalah amalan yang sangat mudah mengantarkan seseorang kepada ketenaran dan mendapat pujian. Orang ini bisa saja mendapatkan semua itu dengan mudah tapi dia justru menyembunyikan sedekahnya sampai-sampai tangan kirinya sendiri tidak mengetahui sedekah tersebut.
g. Orang yang mengingat Allah dan mengingat dosa-dosanya sehingga menyebabkan dia menangis karena mengingat keagungan Allah dan besarnya dosa-dosa yang telah dia perbuat.
Hak Muslim atas Muslim Lainnya
Diposting oleh Doyi Odoy Asy syabaabu di Senin, Oktober 17, 2011 Label: Akhlak Dan AdabAllah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
“Sesungguhnya kaum mukminin itu adalah bersaudara.” (QS. Al-Hujurat: 10)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى المسلمِ خَمْسٌ: رَدُّ السَّلامِ، وَعِيادَةُ الْمَرِيْضِ، وَاتِّباعُ الْجَنائِزِ، وَإِجابَةُ الدَّعْوَةِ، وَتَشْمِيْتُ الْعاطِسِ
“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima: Menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantar jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan yang bersin.” (HR. Al-Bukhari no. 1240 dan Muslim no. 2162)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لا تحاسدوا ولا تَناجَشُوا ولا تباغضوا ولا تدابروا ولا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ,وكونوا عباد الله إخواناً. اَلْمُسْلِمُ أَخُو المسلمِ: لا يَظْلِمُهُ ولا يَخْذُلُهُ ولا يَكْذِبُهُ ولا يَحْقِرُهُ. اَلتَّقْوَى هَهُنا – يُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاثَ مَرَّاتٍ- بِحَسْبِ امْرِيءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخاهُ الْمُسْلِمَ. كُلُّ الْمسلمِ عَلَى المسلمِ حَرامٌ: دَمُهُ وَمالُهُ وعِرْضُهُ
“Jangan kalian saling hasad, jangan saling melakukan najasy, jangan kalian saling membenci, jangan kalian saling membelakangi, jangan sebagian kalian membeli barang yang telah dibeli orang lain, dan jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslim bagi lainnya, karenanya jangan dia menzhaliminya, jangan menghinanya, jangan berdusta kepadanya, dan jangan merendahkannya. Ketakwaan itu di sini -beliau menunjuk ke dadanya dan beliau mengucapkannya 3 kali-. Cukuplah seorang muslim dikatakan jelek akhlaknya jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim diharamkan mengganggu darah, harta, dan kehormatan muslim lainnya.” (HR. Muslim no. 2564)
Penjelasan ringkas:
Kaum muslimin adalah bersaudara yang mereka dikumpulkan oleh ikatan ukhuwah imaniah. Dan sebagaimana layaknya saudara kandung, saudara seiman juga mempunyai hak dari saudaranya yang lain seperti yang tersebut dalam hadits-hadits di atas. Dan secara umum semua hak-hak ini hukumnya wajib untuk ditunaikan dan dilarang untuk menelantarkannya merupakan perbuatan kezhaliman yang diharamkan.
Larrangan Memuji Berlebihan
Diposting oleh Doyi Odoy Asy syabaabu di Senin, Oktober 17, 2011 Label: Akhlak Dan AdabDari Abu Bakrah radhiallahu anhu dia berkata: Ada seseorang yang memuji temannya di sisi Nabi shallallahu alaihi wasallam maka beliau bersabda:
وَيْحَكَ قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ، قطعت عنق صاحبك – مرارا-. إِذا كانِ أَحَدُكُمْ مادِحاً صَاحِبَهُ لاَ مَحالَةَ فَلْيَقُلْ: أَحْسِبُ فُلاناً وَاللهُ حَسِيْبُهُ وَلا أُزَكِّي عَلَى اللهِ أَحَداً
“Celaka kamu, kamu telah memenggal leher temanmu, kamu telah memenggal leher temanmu -berulang-ulang-. Kalaupun salah seorang di antara kalian harus memuji temannya maka hendaknya dia mengatakan: Aku mengira dia seperti itu dan Allahlah yang menghisabnya, aku tidak memuji siapapun di hadapan Allah.” (HR. Muslim no. 3000)
Maksud kalimat ‘kamu telah memenggal leher temanmu’ adalah kiasan dari mencelakakan.
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu anhu dia berkata: Nabi shallallahu alaihi wasallam mendengar seseorang memuji temannya dan berlebihan dalam memujinya maka beliau bersabda:
لَقَدْ أَهْلَكْتُمْ – أَوْ قَطَعْتُمْ ظَهْرَ – الرَّجُلِ
“Sungguh kamu telah mencelakakan -atau mematahkan punggung- lelaki itu.” (HR. Muslim no. 3001)
Kalimat ‘mematahkan punggung’ adalah kiasan dari mencelakakan.
Dari Al-Miqdad bin Al-Aswad radhiallahu anhu dia berkata:
أَمَرَنَا رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ نَحْثُوَ فِي وُجُوْهِ الْمَدَّاحِيْنَ التُّرَابَ
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menaburkan tanah ke wajah-wajah orang yang berlebihan dalam memuji.” (HR. Muslim no. 3002)
Penjelasan ringkas:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melarang berlebihan dan kelewat batas dalam memuji karena hal itu akan menimbulkan fitnah dan membahayakan orang yang dipuji. Dia akan merasa tersanjung yang kemudian akan melahirkan ‘ujub (berbangga diri), lalu akan melahirkan kesombongan, lalu akan melahirkan sikap memandang rendah orang lain, dan pada akhirnya akan menganggap semua tindakannya adalah kebenaran, wal ‘iyadzu billah, dosa besar yang melahirkan dosa besar berikutnya. Karenanya, selain melarang orang yang memuji untuk memuji berlebihan, Nabi shallallahu alaihi wasallam juga memerintahkan kepada yang dipuji untuk melindungi dirinya dari semua bahaya tersebut, yaitu dengan cara melemparkan tanah kepada orang yang berlebihan dalam memujinya agar dia berhenti dan tidak mengulanginya.
Tapi semua ini bukan berarti Islam melarang memuji orang yang pantas untuk dipuji. Karenanya kalaupun seseorang itu harus atau patut memuji orang lain maka hendaknya dia mengucapkan sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam hadits Abu Bakrah di atas.
Hukum Mengurung Binatang
Diposting oleh Doyi Odoy Asy syabaabu di Senin, Oktober 17, 2011 Label: Akhlak Dan AdabDari Anas bin Malik radhiallahu anhu dia berkata:
نَهَى رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ تُصْبَرَ الْبَهائِمُ
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melarang dari mengurung binatang.” (HR. Muslim no. 1956)
Yang dimaksud dalam larangan di sini adalah mengurung binatang agar bisa membunuhnya dengan dilempar atau yang semacamnya. (Syarh Muslim An-Nawawi: 14/114)
Dari Said bin Jubair rahimahullah dia berkata: Ibnu Umar radhiallahu anhu melewati sekelompok orang yang memasang seeokor ayam sebagai sasaran perlombaan melempar mereka. Tatkala mereka melihat Ibnu Umar, mereka segera berhamburan, maka Ibnu Umar berkata:
مَنْ فَعَلَ هَذا؟ إِنَّ رسولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم لَعَنَ مَنْ فَعَلَ هَذَا
“Siapa yang berbuat seperti ini? Sungguh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah melaknat orang yang berbuat seperti ini.” (HR. Muslim no. 1958)
Dalam sebuah riwayat Muslim:
إِنَّ رسولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم لَعَنَ مَنِ اتَّخَذَ شَيْئاً فِيْهِ الرُّوْحُ غَرْضاً
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah melaknat orang yang menjadikan makhluk bernyawa sebagai sasaran (lempar).”
Penjelasan ringkas:
Agama Islam adalah agama yang menganjurkan untuk menyayangi dan berbuat baik kepada segala sesuatu, tidak terkecuali binatang. Karenanya Nabi shallallahu alaihi wasallam telah melarang dengan sangat tegas dari menjadikan hewan sebagai sasaran tembak atau sasaran lempar, karena itu adalah perbuatan menyiksa makhluk tanpa hak. Bahkan tidak hanya melarang, beliau shallallahu alaihi wasallam secara tegas telah melaknat pelakunya, dan cukuplah itu menjadi dalil akan besarnya dosa dari perbuatan ini.
Jika demikian ancaman Nabi shallallahu alaihi wasallam kepada mereka yang melakukannya pada binatang, maka bagaimana lagi kepada mereka yang melakukannya pada manusia. Menjadikan manusia sebagai sasaran tembak atau sasaran panah atau sasaran lempar pisau dan semacamnya, sungguh mereka ini jauh lebih pantas untuk mendapatkan laknat. Sampai walaupun yang menjadi sasaran lempar itu adalah buah-buahan atau benda lainnya akan tetapi dipasang di atas kepala atau bagian tubuh manusia, inipun tetap diharamkan.
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda dalam riwayat Muslim:
مَنْ حَمِلَ عَلَيْنا السِّلاحَ فَلَيْسَ مِنَّا
“Barangsiapa yang mengarahkan pedang kepada kami maka bukan golongan dari kami.”
Kalau menodongkan/mengarahkan senjata tajam ke arah seorang muslim saja -walaupun hanya bercanda- adalah amalan yang diharamkan, maka bagaimana lagi jika sampai melemparkan senjata tajam tersebut kepadanya.
واعبدوا الله ولا تشركوا به شيئاً وبالوالدين إحسانا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa.” (QS. An-Nisa`: 36)
Allah Ta’ala berfirman:
وقضى ربك ألا تعبدوا إلا إياه وبالوالدين احساناإما يبلغن عندك الكبرأحدهما أوكلاهما فلا تقل لهما أُف ٍولاتنهرهما وقل لهما قولاً كريما , واخفض لهما جناح الذل من الرحمة وقل رب ارحمهما كما ربياني صغيرا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra`: 23-24)
Dan Allah Ta’ala berfirman:
ووصينا الإنسان بوالديه حُسنا
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya.” (QS. Al-Ankabut : 8 )
Semua ayat di atas dan ayat lain yang semakna dengannya menunjukkan besarnya hak kedua orang tua, yaitu ayah dan ibu. Berbakti kepada kedua orang tua termasuk dari amalan yang paling utama, bahkan dia adalah hak kedua yang wajib ditunaikan setelah hak Allah dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu dia berkata:
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Saya bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Amalah apakah yang paling dicintai Allah? ‘ Beliau menjawab: “Shalat pada waktunya.” Aku bertanya, “Kemudian apa?” Beliau menjawab: “Berbakti kepada kedua orang tua.” Saya bertanya, “Kemudian apa lagi?” Beliau menjawab: “Jihad di jalan Allah.” (HR. Al-Bukhari no. 496 dan Muslim no. 122)
Maka lihatlah, bagaimana Nabi shallallahu alaihi wasallam menjadikan hak kedua orang tua lebih dahulu dan lebih utama daripada berjihad di jalan Allah. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiallahu anhuma dia berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَأْذِنُهُ فِي الْجِهَادِ فَقَالَ أَحَيٌّ وَالِدَاكَ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ
“Seseorang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam minta izin hendak ikut jihad (berperang). Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya: “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Jawab orang itu; “Masih!” Sabda beliau: “Berbakti kepada keduanya adalah jihad.” (HR. Al-Bukhari no. 2782 dan Muslim no. 4623)
Demikian pula beliau shallallahu alaihi wasallam menjadikan hak keduanya lebih diutamakan dari pada berhijrah. Dari Abdullah bin ‘Amr radhiallahu anhuma dia berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ جِئْتُ أُبَايِعُكَ عَلَى الْهِجْرَةِ وَتَرَكْتُ أَبَوَيَّ يَبْكِيَانِ فَقَالَ ارْجِعْ عَلَيْهِمَا فَأَضْحِكْهُمَا كَمَا أَبْكَيْتَهُمَا
“Ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata; aku datang membai’at engkau untuk berhijrah, dan aku telah meninggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis. Kemudian beliau berkata: “Kembalilah kepada mereka berdua dan buatlah mereka tertawa sebagaimana engkau membuat mereka menangis!” (HR. Abu Daud no. 2166, An-Nasai no. 4093, dan Ibnu Majah no. 2772)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلْ الْجَنَّةَ
“Dia celaka! Dia celaka! Dia celaka!” lalu beliau ditanya; “Siapakah yang celaka, ya Rasulullah?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Barang Siapa yang mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut), atau salah satu dari keduanya, tetapi dia tidak berusaha masuk surga (dengan berusaha berbakti kepadanya dengan sebaik-baiknya).” (HR. Muslim no. 4628)
Maka diwajibkan berbakti kepada kedua orang tua, apalagi ibu. Sungguh Nabi shallallahu alaihi wasallam telah menjadikan hak ibu itu jauh lebih besar daripada hak ayah. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dia berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
“Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata; “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?” beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “kemudian siapa lagi?” beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” dia menjawab: “Kemudian ayahmu.” (HR. Al-Bukhari no. 5514 dan Muslim no. 4621)
Berbakti kepada kedua orang tua itu bisa dengan cara apa saja, bisa melalui ucapan, amalan, maupun harta semampunya. Di antara bentuknya adalah melayani keduanya dengan maksimal, beradab ketika bermuamalah dengan keduanya, tidak meninggikan suara ketika berbicara kepadanya atau ketika keduanya hadir, bersabar dalam menghadapi sikap kedua orang tuanya yang mungkin saja membuatnya jengkel.
Lawan dari berbakti kepada kedua orang tua adalah durhaka kepada keduanya, dan amalan ini merupakan dosa yang sangat besar. Dari Abi Bakrah radhiallahu ‘anhu dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ
“Apakah kalian mau aku beritahu dosa besar yang paling besar?” Beliau menyatakannya tiga kali. Mereka menjawab: “Mau, wahai Rasulullah”. Maka Beliau bersabda: “Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orangtua”. Lalu Beliau duduk dari sebelumnya berbaring kemudian melanjutkan sabdanya: “Ketahuilah, juga ucapan dusta”. (HR. Al-Bukhari no. 2460 dan Muslim no. 126)
Dan Nabi shallallahu alaihi wasallam juga bersabda dalam hadits Ali bin Abu Thalib:
لَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ لَعَنَ وَالِدَيْهِ وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ غَيَّرَ الْمَنَارَ
“Allah mengutuk orang yang menyembelih untuk selain Allah, dan mengutuk orang yang melindungi tindak kejahatan, mengutuk orang yang mencaci kedua orang tuanya, dan mengutuk orang yang memindahkan tanda batas tanah.” (HR. Muslim no. 3658)
Senin, 03 Oktober 2011
Agama Islam bukanlah agama yang disebarkan dengan kekerasan, karena Allah ta’ala melarang kaum muslimin dari memaksa orang untuk masuk agama Islam, sebagaimana firman Allah ta’ala :
لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لاَ انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Tidak ada paksaan dalam masuk ke dalam agama Islam, karena telah jelas antara petunjuk dari kesesatan. Maka barangsiapa yang ingkar kepada thoghut dan beriman kepada Alloh sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang kuat yang tidak akan pernah putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” ( Qs. Al-Baqoroh : 256 )
Dalam ayat yang lain Allah ta’ala berfirman kepada Rasulullah saw :
فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُسَيْطِرٍ
“Berilah peringatan, karena engkau ( Muhammad ) hanyalah seorang pemberi peringatan, engkau bukan orang yang memaksa mereka.” ( Qs. Al-Ghosyiyah : 21 -22 )
Rasulullah SAW saja tidak boleh memaksa orang lain untuk memeluk agama Islam, apalagi selain beliau. Ini merupakan bantahan yang kuat bagi kaum orientalis yang menuduh Islam disebarkan dengan kekerasan atau Islam menyukai kekerasan. Andai pun terjadi kekerasan yang dilakukan oleh sebagian kecil umat Islam, maka tindakan mereka tidak mewakili seluruh umat Islam, sekalipun mereka dalam aksinya membawa nama Islam. Hal ini ditegaskan oleh Nabi saw dalam sabdanya mengomentari golongan radikalis ekstrim yang bakal muncul di umat ini :
يَخْرُجُ فِى هَذِهِ الأُمَّةِ قَوْمٌ تَحْقِرُونَ صَلاَتَكُمْ مَعَ صَلاَتِهِمْ ، يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حُلُوقَهُمْ - أَوْ حَنَاجِرَهُمْ - يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ مُرُوقَ السَّهْمِ مِنَ الرَّمِيَّةِ
“Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang sholat kalian tidak ada apa-apanya dibanding sholat mereka, mereka membaca Al-Qur’an namun bacaannya tidak melampaui kerongkongannya, mereka keluar dari agama Islam sebagaimana keluarnya anak panah setelah menembus hewan buruannya.” ( HR. Al-Bukhori dan Muslim )
Sehingga meskipun sholat dan ibadah mereka begitu tekun mengalahkan umumnya kaum muslimin, tetapi tindakan mereka yang radikal dan ekstrim menjadikan mereka divonis sebagai keluar dari Islam, yakni perbua-tan mereka sama sekali tindak mencerminkan seorang muslim yang benar keislamannya.
Banyak kaum orientalis yang menuduh Islam mengajarkan kekerasan, bahkan ada di antara mereka yang mencoba mempengaruhi opini dunia dengan membuat film FITNAH yang memang berisi fitnah besar ter-hadap kaum muslimin. Di dalamnya mereka menukil ayat-ayat perang disertai tayangan terorisme yang dilakukan kaum ekstrim radikal yang agama Islam sendiri tidak mengakui tindakan tersebut. Di antara ayat yang sering dijadikan bukti oleh kaum orientalis untuk menuduh Islam sebagai agama kekerasan adalah firman Allah ta’ala :
فَإِذَا انْسَلَخَ الأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوا سَبِيلَهُمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan bila telah di luar bulan-bulan haram, perangilah kaum musyrikin di mana pun kalian jumpai, tangkap mereka, kepung mereka, dan duduki tempat-tempat pengintaian untuk mengintai mereka ! Bila mereka bertaubat, menegakkan sholat dan menunaikan zakat maka lepaskan mereka, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( Qs. At-Taubah : 5 )
Ayat di atas adalah ayat perang yaitu diizinkan berperang sebagaimana tersebut dalam ayat di atas selama tidak dalam bulan-bulan haram. Ayat di atas berhubungan erat dengan dalil-dalil yang melarang berperang dan melakukan aktivitas apa pun yang terkait dengan perang, seperti mengepung, mengintai dan menangkap musuh di bulan-bulan haram yakni bulan-bulan di mana bangsa arab menunaikan ibadah haji. Sehingga ayat ini berisi perintah setelah adanya larangan, yang di dalam kaidah disebutkan bahwa : Perintah yang datang setelah larangan menunjukkan kembalinya ia ke hukum asalnya. Dan hukum asal berperang disebutkan dalam firman Allah ta’ala :
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ
“Dan perangilah mereka sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama menjadi milik Allah. Bila mereka berhenti, maka tidak ada permusuhan kecuali terhadap orang-orang yang zhalim.” ( Qs. Al-Baqoroh : 193 )
Ayat di atas menunjukkan bahwa asal dari disyari’atkannya perang dalam Islam adalah untuk menghilangkan fitnah. Al-Imam As-Suyuthi rohima-hulloh menafsirkan : “hingga tidak mungkin akan terjadi lagi penyiksaan terhadap orang-orang yang beriman untuk kedua kalinya.” [1]
Disebutkan dalam ayat yang lainnya :
وَقَاتِلُواْ المشركين كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَآفَّةً
“Perangilah orang-orang musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kalian semuanya.” ( Qs. At-Taubah : 36 )
Yang demikian karena banyaknya musuh-musuh Islam dan orang-orang yang dengki dengan kaum muslimin yang selalu merongrong kaum muslimin dan merintangi da’wah secara damai. Seandainya suatu kaum yang kafir tidak memusuhi Islam, bahkan menjalin hubungan baik dengan kaum muslimin, maka tidaklah mereka diperangi oleh kaum muslimin. Rosululloh saw memiliki beberapa sekutu dari kalangan kabilah-kabilah yang belum muslim atau masih tetap dalam kekafirannya. Tetapi kabilah dan suku tersebut tidak memusuhi Islam, menjalin kerja sama yang baik dengan kaum muslimin serta tidak menghalangi penyebaran da’wah Islam di mana pun para da’i berda’wah.
Toleransi atau tasamuh yaitu berlapang dada melihat orang lain memiliki keyakinan yang berbeda tanpa memusuhi mereka. Sebagaimana firman Allah ta’ala :
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
“Hanya bagi kalian agama kalian dan hanya bagiku agamaku.” ( Qs. Al-Kafirun : 6 )
Dalam ayat yang lain disebutkan :
لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ
“Hanya bagi kami amal-amal kami dan hanya bagi kalian amal-amal kalian.” ( Qs. Al-Qoshosh : 55 dan Asy-Syuro : 15 )
Inilah makna toleransi yang benar.
Ada sebagian kalangan yang salah dalam memahami makna toleransi, yakni dengan ikut-ikutan mengucapkan selamat hari raya kepada agama lain, bahkan ada yang sampai menghadiri perayaan hari agama mereka. Perbuatan ini menyelisihi konsep toleransi yang sebenarnya. Bahkan telah mengarah kepada faham pluralisme, yaitu menganggap sama semua agama. Faham ini berdampak kepada lemahnya aqidah kaum muslimin dan membuka peluang para missionaris dalam menebarkan racun ber bisa mereka untuk memurtadkan kaum muslimin. Karena bila semua agama sama, lalu apa bedanya Islam dengan Kristen, Hindu atau Budha ? Lalu dengan iming-iming materi duniawi mereka mengupayakan agar kaum muslimin yang telah dilemahkan aqidahnya ini menjadi menganggap baik tindakan pindah agama. Akhirnya dengan mudah mereka dimurtadkan secara pelan-pelan.>_ :) .
Keadaan Bumi dan Alam kubur
Diposting oleh Doyi Odoy Asy syabaabu di Senin, Oktober 03, 2011 Label: Akhlak Dan Adab1.Aku adalah rumah orang sedirian maka jadikanlah aku sebgai temanmu yang jinak dengan memperbanyak membaca Al-Qur'an
2.AKu adalh rumah kegelapan maka terangilah aku denagn shalat malam.
3.Aku adalh rumah debu maka bawalah tikar yaitu dengan memperbanyak amal soleh.
4.Aku adalah rumah ular besar maka bawalh penawar yaitu bassmalah dan mengalirnya air mata (karena takut kepada Allah SWT)
5.aku adalah rumah pertanyaan munkar dan nakir maka perbanayklah diatas pungg8ungku dengan memperbanyk bacaaan Laailahaillah Muhammadar Rasullah supaya kamu dapat menjawab pertanyan2 itu.
Diambil dari sebuah kitab "Daqoiqul Akhbar" Karya Imam Abdurrahim bin Ahmad AL-Qadhi.
Sebab sebagian dari siksa kubur
Diposting oleh Doyi Odoy Asy syabaabu di Senin, Oktober 03, 2011 Label: Hadist"Tatkala seseorang telah meninggal dunia kemudian diletakan didalam kuburnya,maka datanglah malaikat izrail dan duduk didekat kepalanya lalu menyiksa hamba itu serta memukulnya dengan sekali pukulan hingga tiada sedikitpun anggota tubuh yang berbekas bahkan sampai terputus-putus dan menyalalah apiu didalam kubur itu.Kemudian Malaikat itu berkata : "Berdirilah dengan seizin Allah ",maka hamba tersebut berdiri tegak dan menjerit dengan jeritan yang terdengar oleh semua mahluk diantara langit dan bumi kecuali Jin dan Manusia.Lalu hamba itu bertanya :"Mengapa kamu berbuat demikian dan kenapa kamu menyiksaku padahal aku telah mendirikan Shalat,telah tunaikan Zakat dan telah aku lakukan Puasa ramadhan?".Maka Malaikat menajawab :"Aku menyiksa kamu karena suatu hari kamu melihat seorang yang sedang teraniyaya dan orang itu meminta tolong kepadamu,akan tetapi kamu tidak mau menolongnya.dan suatu hari kamu melakukan Shalat sedang kamu tidak bersuci dari air kencingmu .(H.R Abu Umammah Al-bahal)
Sabar Terhadap Musibah
Diposting oleh Doyi Odoy Asy syabaabu di Senin, Oktober 03, 2011 Label: Hadist"Sesungguhnya Aku adalah Allah,tiada tuhan selain Aku muhammad adalah hamba-Ku dan rasol-Ku dan pilihan-Ku dari Mahkluk-Ku adalah orang yang pasrah kepada ketentuan-Ku,da sabar atas cobaan-Ku dan bersyukur atas nikmat-nikmat-Ku maka Aku menulisnya sebagai orang yang benar,Aku akan membangkitkannya beserta orang-orang yang benar pada hari kiamat.Dan barang siapa tidak pasarah kepada-Ku dan ketentuan-Ku serta tidak mau syukur atas nikmat-nikmat-Ku,maka sebaiknya ia kelaur dari bawah kolong langit lalu carilah Tuhan selain Aku (H.R.Ibnu Abbas ra dari Rasulallah SAW)
"Sesungguhnya sabar itu terdiri dari tiga unsur yaitu : yang pertama sabar atas ketaatan,kedua sabar meninggalkan maksiat dan yang ketiga sabar atas musibah.Maka barang siapa yang bersabar atas ketaatan Allah akan memberinya seratus derajat dan setiap derajat sama dengan apa yang ada di langit dan di bumi.barangsiapa yang bersabar meninggalkan maksiat maka ALlah kan memberi ia enam ratus derajat pada hari kiamat dan setiap derajat sama dengan apa yang ada di langit dan di bumi.Dan barang siapa yang bersabar atas musibah mak Allah akan memberi ia pahala tanpa dengan perhitungan sedikitpun " (H.R. Ali bin Abi Thalib
Minggu, 02 Oktober 2011
Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji
Diposting oleh Doyi Odoy Asy syabaabu di Minggu, Oktober 02, 2011 Label: Etika Pergaulan remaja dalam IslamGerakan Masyarakat Maghrib Mengaji ( M3 ) yang di cetuskan oleh Menteri Agama Bapak Suryadharma Ali merupakan suatu program yang sangat baik. Yang mana program ini dimaksudkan untuk membiasakan mengaji ( membaca ) kitab suci Al-Qur’an sesudah sholat maghrib. Yang akhir akhir ini kebiasaan tersebut sudah terkikis oleh kemajuan informasi dan teknologi.
Dengan Gerakan Maghrib Mengaji ini diharapkan dapat menangkal pengaruh negatif yang ditayangkan oleh lima ‘layar’. Kelima layar itu adalah layar televisi, telepon seluler (ponsel), internet, komik, dan majalah. Biasanya anak-anak dan orang dewasa masih suka menonton televisi pada waktu maghrib, sehingga kebiasaan mengaji setelah shalat maghrib itu seringkali dikalahkan oleh televisi, salah satu dari lima layar tadi..hal ini sangat merugikan bagi generasi muda yang mengalami dekadensi moral sehingga menimbulkan kemerosotan akhlak ,kasus kenakalan remaja dan sikap pragmatis serta mencuci otak remaja sehingga lupa akan jati dirinya sebagai bangsa yang beradab.
Kebiasaan maghrib mengaji bisa di jadikan sarana transfer ilmu ataupun komunikasi antara orang tua dengan anak sehingga terjalin keakraban di dalam keluarga
Manfaat dari kebiasaan mengaji
Ternyata mengaji memberikan dampak yang luar biasa dalam berbagai aspek,
afektif,
mengaji secara tidak langsung mampu mempengaruhi sifat anak menjadi lebih peka terhadap sifat keTuhanan, anak sadar akan keberadaan Zat yang Maha Besar,
kognitif,
dengan menghafal surat pendek atau membaca susunan ayat Al-Quran dengan susunan tertentu atau menterjemah akan memperkuat struktur otak akan kemampuan mengingat dan menggunakan daya nalar,
psikomotorik,
membaca Al-Quran dengan tekanan dan lafal tertentu akan memperkuat pernapasan dan kesehatan otak serta melancarkan aliran darah.
Mari kita kaji bersama, apakah memang kebiasaan ‘MAGHRIB MENGAJI’ lebih banyak berdampak positif daripada negatif bagi anak-anak kita Apalagi pemerintah melalui Kementerian Agama mencanangkan gerakan ‘MAGHRIB MENGAJI’ sebagai gerakan nasional. Tidak salah kebiasaan yang sudah hilang dihidupkan kembali agar moral anak bangsa secara kolektif moral akan membaik. Amien…
Takkan Pernah Mampu Membalas Jasa Orang Tua
Diposting oleh Doyi Odoy Asy syabaabu di Minggu, Oktober 02, 2011 Label: Etika Pergaulan remaja dalam IslamSobat, pernahkah dirimu merasakan apa yang sedang kurasakan saat ini? Rasa bersalah yang teramat sangat. jauh dari orang tua yang sekarang hanya tinggal berdua.Tak ada lagi putera-puteri yang tersisa. semuanya berada dalam radius yang sangat jauh, menempuh episode kehidupan masing-masing. Betapa sepinya mereka.
Sewaktu bayi, entah berapa kali kita mengganggu tidur nyenyak ayah yang mungkin sangat kelelahan setelah seharian bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita. Mungkin juga kotoran kita ikut tertelan Ibu ketika kita buang "pup" di saat ibu sedang makan. Ibu juga tidak peduli ketika teman-temannya marah karena membatalkan acara yang sangat penting karena tiba-tiba anaknya sakit. Kekhawatiran demi kekhawatiran tiada pernah henti mengunjungi mereka setiap kali kita melangkah.
Beranjak dewasa, betapa tabahnya ayah dan Ibu menerima pembangkangan demi pembangkangan yang kita lakukan. Mereka hanya bisa mengelus dada karena teman-teman di luar sana lebih berarti daripada mereka. Jarang sekali sekali kita mau menyisakan waktu untuk menyelami mimik wajah mereka yang penuh kecemasan ketika kita pulang telat karena ayah dan ibu selalu menyambut kita dengan senyum.
Sobat, pernahkah dirimu bangun tengah malam dan mendengar tangisan Ibu dalam doanya seperti yang pernah aku dengar? Tangisan dan doa itulah yang mengantar kesuksesan kita. Pernahkah kita tahu Ayah dan ibu terluka dan mengiba kepada Allah agar kita jangan dilaknat karena perbuatan dosa dan kesalahan-2 yang kita lakukan, agar Allah mau mengampuni kita dan memberikan kehidupan terbaik untuk kita?
Pernahkah kita berterimakasih ketika kita dapati ayah dan ibu berbicara berbisik-bisik karena takut membangunkan kita yang tertidur kelelahan? Pernahkah kita menghargai patah demi patah kata yang mereka susun sebaik mungkin untuk meminta maaf karena mereka tidak sengaja memecahkan atau merusak benda kesayangan hadiah ulang tahun dari teman kita? Pernahkah kita menyesal karena lupa menyertakan mereka di dalam doa?
Ah, Sobat, betapa tak sebanding cinta dan pengorbanan mereka dengan balasan kasih sayang
yang kita berikan. Setelah dewasa dan bisa "menghidupi" diri sendiri, kita masih bisa melenggang ringan meninggalkan mereka (mereka ikhlas asal kita bahagia).
Lalu...?
Mungkinkah kita bisa seperti Ismail yang merelakan dirinya disembelih ayah kandung demi menuruti perintah Allah? Atau seperti Musa yang dihanyutkan ketika bayi?
Ternyata kita masih sangat jauh...
Lalu bakti seperti apakah yang bisa kita persembahkan?
Sobat, bantu aku agar optimis!
Ya..! masih banyak waktu untuk membahagiakan mereka. Hal yang terkecil yang bisa kita lakukan adalah: tak mengatakan "tidak" ketika mereka menyuruh atau menginginkan sesuatu dan segera ambil alat komunikasi, hubungi mereka saat ini juga, sapa mereka dengan hangat,
pastikan nada suara kita bahagia!
Bahagiakan ayah, bahagiakan Ibu!
Mulai dari sekarang, selagi masih di beri kesempatan.